Kabupaten Jeneponto dikenal memiliki iklim yang kering. Akibat curah hujan yang terbatas, kualitas tanah seperti kelembaban, kandungan zat hara, kandungan air dalam tanah dan mikroorganisme tanah cenderung lebih rendah dibandingkan daerah lainnya di Sulawesi Selatan.
Penggunaan teknologi tepat guna dalam bentuk pembuatan lubang resapan Biopori yang murah, praktis dan alami diharapkan dapatmeningkatkan kualitas dan kesuburan tanah di Kabupaten Jeneponto.
Berdasarkan hal tersebut, Departemen Biologi, FMIPA UNHAS, mengadakan kegiatan Hibah Ipteks bagi Masyarakat (IbM) berupa “Pelatihan Pembuatan Lubang Biopori dan Percepatan Pembentukan Lubang Biopori” pada tanggal 17 September 2016, di SMA Negeri 1 Turatea Kabupaten Jeneponto.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Bapak Dr. Ir. Slamet Santosa, M.Si., dari laboratorium Ilmu Lingkungan dan Kelautan bekerjasama dengan LPPM UNHAS dan SMA Negeri 1 Turatea.
Suasana pelatihan pembuatan lubang resapan Biopori
Pelaksanaan kegiatan di sekolah ini diharapkan dapat membekali generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan tentang cara pembuatan lubang biopori.
Selain itu, diharapkan generasi muda dapat termotivasi untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar dan menyebarluaskan informasi cara pembuatan lubang biopori ini pada keluarga, rekan dan masyarakat sekitar.
Lubang Biopori adalah lubang silindris vertikal yang dibuat untuk mengurangi genangan air.Lubang ini kemudian diisi bahan baku kompos berupa mulsa yang berasal dari serasah daun, sampah sisa makanan, sayur, buah dan bahan organik lainnya.
Dari sisi ekologi, lubang berisi mulsa ini dapat memperbaiki kualitas tanah secara alami.Kompos yang terbentuk di dalam lubang akan menghidupi banyak hewan yang menggemburkan tanah. Kandungan zat hara dan oksigen dalam tanah pun meningkat sehingga tanah menjadi lebih subur. Penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi.
Penyerahan alat pembuat lubang resapan Biopori untuk SMA Negeri 1 Turatea
Selain meningkatkan kualitas tanah, lubang resapan biopori juga mengatasi genangan air yang menjadi sarang nyamuk penyebab penyakit dan mengurangi volume sampah organik.Pembakaran sampah dapat meningkatkan kandungan gas penyebab efek rumah kaca di atmosfir.
Biopori sebagai lubang resapan air pertama kali ditemukan oleh Dr. Kamir Raziuddin Brata, seorang peneliti dan pengajar dari Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Selain pelatihan pembuatan lubang Biopori, dilakukan sosialisasi dan pengenalan Departemen Biologi FMIPA UNHAS.Pada kegiatan sosialisasi dalam bentuk diskusi dan tanya jawab ini, secara umum dijelaskan tentang proses seleksi yang dapat diikuti, bidang kajian yang dapat dipilih, kegiatan riset yang sedang dikembangkan, informasi beasiswa dan prospek masa depan lulusan/alumni.
Penyerahan alat pembuat lubang Biopori juga dilakukan, agar siswa-siswa sekolah dapat melakukan praktek pembuatan lubang Biopori di lingkungan sekolah.(-DP-).